Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Basmala
Pejalanan seorang salih bernama
Muhammad Ayyas yang harus mati-matian mempertahankan imannya di negeri paling
mengagungkan kebebasan, Rusia. Ia datang sebagai peneliti dalam rangka
mnyelesaikan program master yang ia tempuh di India. Usai shalat subuh, seperti biasa, ia membaca
Al-Qur’an, zikir pagi, dan membaca buku-buku karangan salafushalih. Rutinitas
agung yang senantiasa ia jaga. Ini
menjadi salah satu tamengnya dalam menghadapi kehidupan di Moskwa, ibukota
Rusia yang sangat mengancam imannya. Disamping itu ia kerap bertemu dengan
orang-orang salih yang tak banyak disana untuk berdiskusi banyak hal.
Bagi seseorang yang mencari ridha
Allah, ada permulaan atau bidayah dan
ada akhiran atau nihayah. Permulaan
orang yang mencari ridha Allah adalah perjalanannya menapaki kehidupan, dan
akhirannya adalah sampainya di hadapan Allah. Apabila sejak awal langkahnya
memulai perjalanan orang itu sudah benar-benar kembali kepada Allah, berjalan
menuju Allah dengan total maka peluang suksesnya untuk sampai pada ridha Allah
sangat besar. Sebab Allah pasti menolongnya sejak ia memulai langkahnya. Allah
akan menjaganya untuk tidak terputus dan jatuh di tengah jalan. Akan tetapi
jika diawal langkahnya ia tidak kembali kepada Allah, tidak meminta pertolongan
Allah, ia akan terlempar kembali ke tempat ia memulai perjalanan, dan ia tidak
akan sampai kepada Allah. Seorang ulama mengatakan, “Siapa yang mengira dirinya
bisa sampai kepada Allah dengan perantara selain Allah maka Allah memutus
perjalanannya. Dan barang siapa beribadah dengan mengandalkan kekuatannya
sendiri, maka Allah menyerahkan urusan ibadahnya kepada kekuatannya, Allah
tidak akan menolongnya.”
Ayyas memperoleh pembimbing
seorang Doktor cantik yang diam-diam menaruh hati padanya. Ia juga harus
menghadapi kenyataan bahwa ia seapartemen dengan dua wanita cantik yang bahkan
sering dengan sengaja menggodanya. Ujian-ujian iman ia lalui dengan sekuat
tenaga. Allah begitu baik padanya dengan melindunginya dari berbagai macam
fitnah yang hampir saja menimpa termasuk fitnah bahwa dirinya teroris yang
mengebom hotel ternama di Moskwa.
Ayyas adalah seorang yang cerdas
dan memegang teguh agamanya. Disini ia banyak berdebat mengenai Tuhan dengan
orang-orang disekitarnya yang non islam, termasuk pula yang atheis. Tentang atheisme, Ayyas
menjabarkan panjang lebar mengenai atheisme materialisme, atheisme atheisme
psikologi, atheisme marxisme (perpaduan atheisme materialisme dan atheisme
psikologi), juga atheisme eksistensialisme dan atheisme neo positivisme dalam obrolan hangatnya dengan dua teman seapartemennya, melanjutkan penjelasan yang tak sempat ia sampaikan saat menjadi pembicara disebuah seminar.
Novel ini ditutup dengan banyak
orang-orang disekitar Ayyas yang memilih jalan Islam sebagai jalan hidupnya. Ayyas menjadi cermin bagi kita
untuk introspeksi diri, seberapa kuat iman kita ..
0 komentar:
Posting Komentar