Tentang Tanggal Lahir

by 17.05 2 komentar


Dalam hidup ini, satu yang tak akan pernah kembali. Waktu. Setiap menit berlalu, tak peduli apa yang terjadi, tak pernah basa basi bertanya bagaimana perasaaanmu, tak pernah mau kembali sekeras apapun kau minta. Mungkin tak menjadi soal ketika kau lewati menitmu barusan dengan kebaikan yang menyenangkan dan membuatmu bahkan orang lain bahagia. Kau hanya tinggal mengulum senyum terbaikmu, lalu bersyukur tak hanya lewat lisanmu, namun juga dengan sikap yang pasti kau lebih tahu bagaimana caranya.
agunkzscreamo.blogspot.com
Namun persoalan tak akan sesederhana itu jadinya jika kau baru saja melewatkan menit yang kau punya dengan sebuah, katakanlah, kesalahan. Atau kegagalan yang membuatmu terluka. Menyesal pasti. Lalu kau hanya bisa merenungi setiap detik yang terlewat untuk kemudian memilih antara dua pilihan. Terus merawat luka itu, atau bangkit menyembuhkannya meski kau tahu, itu sama sekali tak mudah.
Kita hidup dalam dimensi waktu yang membatasi jatah tinggal di dunia yang kemudian kita kenal dengan namanya usia. Hei, berapa usiamu sekarang? Tak perlu kau katakan, jawab saja dalam hati. Tenang saja, aku tak akan menanyakan pertanyaan memojokkan seperti “Apa yang sudah kau lakukan? Hal hebat apa saja yang telah kau buat? Berapa kali kau membuat orang sekelilingmu bangga dengan pencapaianmu?”. Bukan. Aku hanya ingin bertanya, bahagiakah kau sampai dengan usia yang kau miliki sekarang? Tentu saja tak perlu kau jawab lagi didepanku. Jawab saja di dalam hati. Karena yang tahu persis kau bahagia atau tidak adalah dirimu sendiri.
Aku tak akan membahas soal peringatan ulang tahun beserta perayaan ulang tahun yang masih menjadi perdebatan itu. Aku hanya menganggap tanggal lahir adalah sesuatu yang harus kutuliskan disetiap identitas yang diminta selama hidupku. Dan satu lagi, yang lebih penting, sebagai semacam alarm yang mengigatkan, hei, kau semakin tua loh, jatah hidupmu berkurang lagi, sudah semakin tak pantaslah itu mengeluh terus, ngambek saat keinginan tak terpenuhi, gampang sekali menyalahkan orang, teledor mengurus diri sendiri, egois, apalagi lebay tanpa peduli momen, dan sederet sifat childish lainnya. Idealnya sih setiap hari harusnya sadar akan hal ini ya, tapi ya namanya manusia, kadang lupa introspeksi. Entah benar-benar lupa atau sengaja lupa. Kadang tenggelam dalam kesibukan yang disadari atau tidak, kita sempat mengeluh, atau memunculkan kembali sifat buruk yang kita punya.
Tanggal lahir, tak terlalu spesial sebenarnya. Esensi tanggal lahir justru adalah peringatan usia yang semakin berkurang. Toh setiap hari usia kita berkurang bukan? Tapi saat banyak doa-doa baik terucap, yang mungkin tak setiap hari bisa terucap sebanyak itu kecuali oleh orang tua kita, saat banyak perhatian tercurahkan, yang pasti tak bisa diberikan setiap hari, saat itulah ia mengingatkan betapa kita tak sendiri. Menggugurkan alasan untuk menyerah saat kita merasa sendiri, padahal sejatinya kita tak pernah sendiri bukan?
Bukan tentang ucapan selamat ulang tahunnya, bukan tentang perayaan apalagi kue, tumpeng atau kadonya. Tapi tentang introspeksi tadi, yang mungkin sering terlupa dihari-hari kita.

Pun saat tak ada doa yang terucap dari orang-orang disekitar kita, saat tak ada yang ingat tanggal lahir kita, itu juga bukan alasan untuk bersedih. Kembali lagi, hari lahir adalah peringatan berkurangnya usia sementara sebenarnya setiap hari usia kita juga berkurang, dan sebenarnya harus disadari setiap hari. Jadi semakin tak terlihat spesial kan jika begini? Ditambah lagi, pasti akan tetap ada doa dari orang tua yang tak pernah putus untukmu yang itu lebih dari cukup membersamaimu melewati hidup yang tak mudah ini.
Tak ada ucapan ulang tahun tak menutup jalan suksesmu, tak membuatmu tak bisa bernafas, tak membuat dunia ini runtuh. Jadi ya hal-hal spesial yang terjadi di hari lahir itu seperti baju baru saat lebaran, ada ya dinikmati, engga ada ya tak masalah. #Gitu aja sih. Ambil positifnya saja.

Oh iya, jadi berapa usiamu? mari sesuaikan dengan sikap yang sewajarnya lahir dari usia itu. Kemarin sempat baca kalimat Tere Liye yang layak direnungkan.
“Kalau usia kita sudah lewat 20, sudah saatnya menyadari, kita sudah bukan lagi remaja belasan tahun. Kita sudah dituntut bertanggung-jawab atas banyak hal. Kalau usia kita sudah lewat 25, wah, ini sudah seperempat abad. Banyak2lah merenung, mau kemana, apa visi misi hidup, cita-cita, dsbgnya. Repot sekali jika kita masih kecentilan seperti remaja di dunia maya pun di dunia nyata. Lihat, sudah punya banyak keponakan bukan? Manggil Tante, Om ke kita. Kalau usia kita sudah lewat 30, kita sudah emak-emak, bapak-bapak keles. Wah, wah, masih merasa remaja? Seharusnya pola pikir kita sudah matang sekali. Kita bukan lagi ABG yang penuh drama”.
Terakhir, jangan lupa berikan rasa terimakasih setulus mungkin pada mereka yang telah susah payah, meluangkan waktu, tenaga, bahkan biaya untuk memberikan kebahagiaan positif di tanggal lahirmu. Tak hanya lewat lisan, lanjutkan dengan sikap kita yang konsisten untuk terus menghargai, mendukung, mengigatkan, dan yang terpenting, mendoakan mereka. Karena kita makhluk sosial, dan karena agama juga memerintahkan untuk menjaga habluminannas, mari bangun hubungan baik dengan sesama. Tak masalah jika dijalan ada kerikil yang memunculkan konflik, karena itulah yang akan mendewasakan kita.

Semarang, 26 Juni 2016.
#SelinganPagi

warnakata

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

2 komentar: