Untuk Kita yang Sering Banyak Alasan

by 09.13 0 komentar
Sudah seminggu, seorang pemuda masih terus memperhatikan setiap aktivitas yang dilakukan seorang syekh dikampung yang baru saja ia tinggali. Diam-diam dia sering mengikuti kemana syekh itu pergi. Aktivitas syekh memang tak lebih dari rumah, masjid, pasar sesesekali, atau kebun sempit di belakang rumahnya yang ditanami singkong. Seminggu yang lalu, syekh itu menyelamatkan ia dari sakit teramat sangat dengan hanya mendoakannya. Ah, mana mungkin doa kubilang "hanya". Kudengar itu senjata pamungkas untuk menyelesaikan segala masalah ya.



Sang pemuda  sangat kagum kepada syekh atas apa yang telah syekh itu lakukan. Ia ingin sekali bisa bicara lebih banyak tapi ia takut mengganggu. Pemuda itu hanya memperhatikan dari jauh apa saja yang dilakukan syekh hingga doa nya bisa terkabul begitu mudahnya. Hari demi hari berlalu, dan hari ini pemuda itu memutuskan untuk menemui syekh setelah sholat ashar di masjid. Ia menyiapkan pembicaraan sebaik mungkin. Entah kenapa pemuda ini segan sekali dengan syekh. Benar saja, setelah syekh mulai melangkah keluar masjid setelah sholat ashar, pemuda itu mencegatnya lalu berkata, 

"Syekh, bolehkah Saya berguru pada Anda, seperti yang pernah Saya katakan kemarin, saya datang dari negeri yang jauh, Ke sini hendak mencari ibu kandung Saya yang ternyata sudah meninggal. Saya sudah tidak punya siapa-siapa lagi."

Syekh iba dengan pemuda itu. Beliau kemudian memperbolehkan pemuda tadi berguru padanya.

Hari-demi hari dilalui sang pemuda dengan berguru dan hidup bersama dengan Syekh itu dengan segala kesederhanaanya. Saking sederhananya tak jarang mereka hanya makan satu kali sehari karena memang hanya itu yang ada. Hingga suatu hari, tak ada sepotong rotipun untuk dimakan. Perut pemuda itu sangat lapar. Kemudian ia terpikir untuk mencuri makanan dari rumah tetangganya. Ia beranggapan bahwa hal ini tidak mengapa dilakukan, sebab kondisinya darurat, Dia sudah sangat lapar sampai rasa-rasanya mau pingsan.

Pemuda itu lalu naik ke atas menara masjid. Dia mengamati sekeliling. Rumah mana yang kira-kira ada bau makanan. Ia pun menemukan dua rumah yang bau makanan. Saat hendak menuju rumah yang pertama, dari atas ia melihat ada perempuan-perempuan yang sedang di dapur rumah itu dan mereka tidak mengenakan hijab. Pemuda itu mengurungkan niatnya untuk menuju rumah itu. Karena ia hanya akan mencuri makanan, bukan mau menambah dosa lagi dengan melihat wanita bukan mahram tanpa hijab. Kemudian ia melihat rumah yang kedua, disana sepi. Ia melompat ke dapur rumah itu dan ditemukannya bejana yang setelah ia buka isinya adalah terong yang sudah dimasak. Tanpa pikir-pikir lagi ia mengambil terong itu dan memasukkan ke dalam mulutnya.

Ketika ia sudah menggigit terong itu, barulah ia sadar bahwa hal ini adalah hal buruk. Bagaimanapun, mencuri itu berdosa. Akhirnya, ia memuntahkan terong dari mulutnya ke lantai dan ia lari. Ia beristighfar sambil terus berlari ke masjid.

Beberapa jam kemudian, seorang wanita mendatangi Syekh di masjid. Ia mengutarakan keinginannya. Sang Syekh diam sebentar, kemudian ia memanggil pemuda itu.
"Apakah kau sudah menikah?"
"Belum Syekh"
"Apakah kau ingin menikah?"
"Sungguh Syekh, aku tidak punya uang sepeserpun untuk membeli roti, bagaimana aku akan menikah?''
"Wanita ini datang membawa kabar bahwa ia telah ditinggal mati suaminya dan telah mewarisi semua harta peninggalan suaminya dulu. Ia tak punya siapapun disini dan ia ingin menikah agar tidak ada yang mengganggunya, maukah kau menikah dengannya?"
Sang pemuda sempat ragu namun akhirnya ia menjawab "Ya Syekh"
"Apakah kau mau menikah dengan pemuda ini?"
"Ya Syekh", jawab wanita itu dengan malu-malu.
Akhirnya didatangkanlah dua orang saksi dan dinikahkanlah pemuda dengan wanita tadi. Setelah menikah mereka berdua pulang ke rumah wanita itu yang ternyata adalah rumah yang tadi ia masuki, Wanita itu kemudian membuka hijabnya. Wajahnya sangat cantik, dan masih muda.
"Kau ingin makan?"
"Ya" jawab pemuda itu. Istrinya kemudian masuk ke dapur hendak menyiapkan makanan. Ia heran melihat terong yang telah digigit jatuh di lantai. "Heran, siapa yang menggigit terong ini?" Pemuda itu mendengar apa yang dikatan isterinya lalu menangis. Ia menceritakan kisahnya tadi.
Isterinya pun berkata, "Ini adalah buah dari sifat amanah, kau jaga kehormatanmu dan kau tinggalkan terong haram itu, lalu Allah berikan kepadamu rumah ini semuanya berikut pemiliknya dalam keadaan halal. Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu ikhlas karena Allah, maka akan Allah ganti dengan yang lebih baik dari itu."

Begitulah, kita seringkali melakukan dosa dengan alasan yang macam-macam. Ketika masih sekolah, kita menyontek karena kalau tidak menyontek nilai kita jelek. Ketika harga buku sekolah yang harus dibayar 50 ribu, kita bilang ke orang tua 100 ribu. Kita pacaran dengan dalih proses mengenal satu sama lain, persiapan masa depan hingga takut dibilang nggak laku. Menceritakan keburukan orang lain, dengan awalan kalimat "bukannya ghibah ya, cuma bicara fakta aja" dan seterusnya dan seterusnya. Akhirnya, selalu ada saja pembenaran atas dosa-dosa yang kita lakukan.
Saya sendiri juga pernah begitu. Jadi mari kita istighfar bersama teman..... dengan sebenar-benarnya istighfar .

(Sebuah pengingat untuk diri saya sendiri, dan kita semua. Mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan)
Read more https://kisahmuslim.com/804-tak-jadi-mencuri-terong-lalu-allah-karuniakan-untuknya-seorang-isteri.html



warnakata

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar