Mawar Tak Pernah Tumbuh di Tegarnya Karang

by 22.21 0 komentar

Judul : Sunset Bersama Rosie
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Mahaka Publishing

“Kita tidak akan pernah mendapatkan sesuatu jika kita terlalu menginginkannya. Kita tidak akan pernah mengerti hakikat memiliki, jika kita terlau ingin memilikinya.”

Novel ini mengajak siapapun yang membaca mengenal hakikat kesempatan. Tentu saja dengan penafsiran masing-masing yang semoga melegakan.

Disampaikan secara apik, khas penulis, melalui guratan takdir Tegar dan Rosie yang kejam. Tegar yang mencintai Rosie sejak kebersamaan mereka yang dimulai dari masa kanak-kanak lalu menunggu hingga dua puluh tahun untuk mengutarakan perasaannya. 
Sayang,takdir tak memberi kesempatan kata-kata yang terlanjur terangkai itu untuk diungkapkan. Dan Tegar, ia terpuruk. Lima tahun ia melewati malam yang lebih panjang,  malam sesak, malam-malam resah.

Untuk membuat seseorang menyadari apa yang dirasakannya justeru cara terbaik melalui hal-hal yang menyakitkan. Misalnya kau pergi. Saat kau pergi, seseorang baru akan merasa kehilangan, dan dia mulai bisa menjelaskan apa yang sesungguhnya dia rasakan. Tapi tidak pada Tegar dan Rosie. Rosie tidak pernah berkesempatan mengerti apa sebenarnya perasaannya.


Kenapa?

Rosie mencintai Tegar, selalu begitu, lama sekali. Masalahnya cinta Tegar yang terlalu besar tidak pernah memberikannya kesempatan untuk mengerti.
Mereka menyerahkan segenap perasaan kepada takdir yang sayangnya kejam untuk soal ini. kesempatan itu seharusnya diciptakan.

Cukup, saya tak akan meneruskan tulisan ini lebih panjang lagi, biar kalian membaca dan menafsirkan sendiri maknanya.

Oh iya, Cuplikan indah dari seorang Tegar Karang, semoga menghibur.
“Bagiku waktu selalu pagi. Diantara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut diujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlewati lagi. Pagi, berarti suatu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi; malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan napas tertahan.”


warnakata

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar