Penulis : Tere Liye
Penerbit : Mahaka Publishing
“Kita tidak akan pernah
mendapatkan sesuatu jika kita terlalu menginginkannya. Kita tidak akan pernah
mengerti hakikat memiliki, jika kita terlau ingin memilikinya.”
Novel ini mengajak siapapun yang
membaca mengenal hakikat kesempatan. Tentu
saja dengan penafsiran masing-masing yang semoga melegakan.
Disampaikan secara apik, khas
penulis, melalui guratan takdir Tegar dan Rosie yang kejam. Tegar yang
mencintai Rosie sejak kebersamaan mereka yang dimulai dari masa kanak-kanak lalu
menunggu hingga dua puluh tahun untuk mengutarakan perasaannya.
Sayang,takdir
tak memberi kesempatan kata-kata yang terlanjur terangkai itu untuk
diungkapkan. Dan Tegar, ia terpuruk. Lima tahun ia
melewati malam yang lebih panjang, malam
sesak, malam-malam resah.
Untuk membuat seseorang
menyadari apa yang dirasakannya justeru cara terbaik melalui hal-hal yang
menyakitkan. Misalnya kau pergi. Saat kau pergi, seseorang baru akan merasa
kehilangan, dan dia mulai bisa menjelaskan apa yang sesungguhnya dia rasakan.
Tapi tidak pada Tegar dan Rosie. Rosie tidak pernah berkesempatan mengerti apa
sebenarnya perasaannya.
Kenapa?
Rosie mencintai Tegar, selalu begitu,
lama sekali. Masalahnya cinta Tegar yang terlalu besar tidak pernah
memberikannya kesempatan untuk mengerti.
Mereka menyerahkan segenap
perasaan kepada takdir yang sayangnya kejam untuk soal ini. kesempatan itu seharusnya diciptakan.
Cukup, saya tak akan meneruskan
tulisan ini lebih panjang lagi, biar kalian membaca dan menafsirkan sendiri
maknanya.
Oh iya, Cuplikan indah dari seorang Tegar Karang, semoga menghibur.
“Bagiku waktu selalu pagi.
Diantara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling
indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut diujung
dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di
persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang
melelahkan telah terlewati lagi. Pagi, berarti suatu malam dengan mimpi-mimpi
yang menyesakkan terlewati lagi; malam-malam panjang, gerakan tubuh resah,
kerinduan, dan helaan napas tertahan.”
0 komentar:
Posting Komentar