Our Emotion is Our Motion

by 09.11 0 komentar
Saya mendengarkan kajian Rabu malam-nya Shift Media tadi yang disampaikan oleh Kang Harri. Menurut saya bagus dan biar ngga lupa saya catet disini. Barangkali teman-teman yang tidak sempat streaming mau baca juga.
***Disclaimer: ini adalah ringkasan berdasarkan pemahaman saya ketika mendengarkan kajian ya, jadi kalau nanti ada yang salah-salah mohon dimaafkan dan diberi masukan. Terimakasihhh***
Youtube: Shift Media
Kang Harri membahas tentang emosi. Sedih, senang itu semua adalah emosi. Beliau kemudian meminta jamaah untuk membayangkan hal tersedih yang pernah mereka alami. Lalu tanpa koordinasi apapun semua mengeluarkan ekspresi yang sama. Matanya redup, dahi terlipat, bibir manyun dan punggung membungkuk. Itu adalah ekspresi otomatis ketika kita sedih. Hingga jamaah yang jumlahnya ratusan tu tanpa aba-aba melakukan hal yang sama. Kemudian Kang Harri meminta jamaah untuk duduk tegap, senyum lebar, kemudian melihat ke atas. Lalu beliau bertanya, apakah bisa membayangkan ekspresi sedih dengan posisi itu? Jamaah serempak menjawab tidak bisa. Nah, the point is OUR EMOTIONS IS OUR MOTIONS. Emosi adalah apa gerakan yang kita lakukan. Kalau kita sedih, maka bergeraklah. Bergeraklah agar sedih itu segera hilang.  
Yang kedua, OUR EMOTION IS NOT OUR PROBLEM. Maksudnya? Sedih, senang dan emosi lainnya itu adalah sebuah akibat dari apa yang terjadi. Jadi, yang menjadi masalah bukanlah sedihnya, tapi  peristiwa apa yang terjadi.
Kapan kita bisa sedih? Kita sedih ketika:
Ekspektasi >  Realita (Ekspektasi lebih besar dari realita. Misal kita ekspektasi gaji jutaan, eh realitasnya cuma ratusan ribu)
Nah lalu kapan kita senang? Kita senang ketika:
Ekspektasi < Realita (Ekspektasi lebih kecil dari realita. Misal perkiraannya dapet gaji ratusan ribu, eh ternyata dapet gajinya jutaan)
Jadi ketika ekspektasi lebih besar dari realita (yang membuat kita sedih itu) apa yang perlu diubah? Ekspektasinya atau realitanya? That’s right. Tentu saja realitanya. Ketika kita ingin gaji jutaan tapi kenyataanya dapet ratusan ribu, ya perbaki performa kita. Atau kalau tidak cari tambahan penghasilan dari hal lain. Dan itu semua tentang realitas bukan? Jadi teman-teman. emosi adalah sinyal atas apa yang terjadi. Apapun itu emosinya, lihat, pahami, itu sinyal apa.
Kemudian ditengah-tengah kajian, Kang Harri mendatangkan seorang calon Doktor dalam bidang Psikologi dari UGM bernama Zein Permana. Beliau membuka dengan menyatakan bahwa manusia adalah makhluk dengan kemampuan tunda. Tidak seperti binatang yang ketika dia melihat mangsa dia langsung menerkamnya. Manusia tidak begitu. Laki-laki yang suka pada seorang wanita misalnya. Apakah ia akan langsung mendatangi wanita itu, menyatakan perasaan? Tidak kan, karena mereka memiliki kemampuan tunda. Ntar dulu deh, minder euy saya masih begini, atau ntar dulu deh saya susun kata-kata dulu. Nah itulah maksudnya kemampuan tunda. Hal ini telah dibuktikan oleh peneliti Prancis bernama Walter Michel. Mungkin teman-teman pernah melihatnya di yutub. Itu lho yang ada beberapa anak yang ditinggal di sebuah ruangan yang kosong kemudian dihadapan mereka ditaruh marshmallow. Lalu dikatakan kepada mereka bahwa marshmallow ini untuk mereka, tapi kalau mereka bisa menahan untuk memakannya sampai waktu tertentu, mereka akan mendapatkan satu marshmellow tambahan. Nah berbagai macam respon ditunjukkan oleh anak-anak. Perlu diingat kondisinya disana, marshmallow adalah makanan yang susah ditolak oleh anak. Semua anak suka marshmallow. Responnya, ada yang benar-benar tidak memakannya, ada yang memakannya dan ada juga yang cuma menjilatnya (karena mungkin dia pikir yang tidak boleh kan makan, berarti jilat gapapa wkwk). Kemudian data anak-anak ini disimpan hingga 10 tahun kemudian ditanyakan bagaimana keadaan anak-anak ini di sekolah. Anak yang tidak memakan marshmallownya sama sekali, yang dengan itu akhirnya dia mendapat 2 marshmallow, cenderung memiliki prestasi yang lebih baik ketimbang anak-anak lain. Kemudian, beberapa tahun kemudian murid dari Walter Michel ini melanjutkan penelitiannya ketika anak-anak itu sudah dewasa. Dan ditemukan bahwa anak yang tidak memakan marshmallow tadi sudah bekerja dan berpenghasilan lebih besar dibanding yang lainnya. Itulah yang membuktikan bahwa manusia memiliki kemampuan tunda. Psikologi juga sangat mendukung konsep puasa dalam Islam. Kita dilatih untuk menahan diri dari hal yang diperbolehkan agar nantinya lebih mudah menahan diri dari hal yang dilarang.

Beliau juga menyatakan bahwa manusia adalah makhuk dengan kemampuan membentuk simbol. Coba dijawab: apakah ada huruf A di dunia ini? Apakah ada angka 1 di dunia ini? Hayo dijawab dulu....  :)
Jawabannya tidak ada. Huruf dan angka itu bukan realitas. Melainkan hanya simbol yang disepakati bersama. Jadi wujudnya huruf A sama angka 1 itukan ga ada tho? Ia hanya tulisan, simbol yang sekali lagi disepakati bersama. Nah, perasaan adalah simbol yang kita buat. Dia bukan realitas. Seperti halnya mental time travel yang banyak dimiliki anak muda sekarang. Jika si doi yang kita taksir ngechat “Apa kabar?” lalu kita mikirnya : apa ya maksudnya dia nanya ini, wah dia suka aku juga nih, atau bahkan sudah kepikiran konsep resepsi? Jadi pertanyaan tadi realitasnya adalah nanya kabar. Nah perasaan-perasaan jauh ke masa depan itulah yang kita bangun sendiri. Paham?
Terakhir, mungkin kita sering tidak menginginkan sedih, kita selalu berharap senang terus. Padahal, emosi itu tidak ada yang jelek, semua dipergilirkan. Bisa stress juga tau kalau kita seneng terus ga pernah sedih. Rasa atau emosi juga bukan untuk dipilih. Karena semua pasti akan mengalami rasa-rasa itu dipergilirkan. Cukup berdoa, Ya Tuhan, untuk setiap rasa apapun yang dipergilirkan padaku,  izinkan aku selalu dekat denganmu. :)
O iya, sebagai tambahan, bahagia itu tanpa syarat sebenernya. Putuskan bahagia, lalu bergeraklah. Nah ini mengapa olahraga itu penting. Olahraga mempercepat metabolisme tubuh. Akan banyak sel-sel ditubuh kita yang hilang kemudian diganti dengan yang baru. Jadi kesedihan-kesedihan yang ada bersama sel-sel lama kita juga akan ikut hilang diganti dengan sel-sel baru yang membawa rasa bahagia. Sebaliknya, mager membuat sel-sel dalam tubuh abadi, jadi sedihnya juga ikut abadi. Make sense kan?
Kang Zein bertanya lagi. Kalau saya mengatakan gajah merah apa yang ada di benak kalian? (boleh dibayangin dulu gaes)
Mungkin ada yang membayangkan gajah duduk warna merah, atau ada juga yang membayangkan tulisan gajah merah dan banyak lagi lainnya. Nah bayangan itu adalah rasa. Harus diwujudkan dalam sesuatu hal atau minimal penjelasan detail agar maksud gajah merah tadi dipahami dengan pemahaman yang sama. Kalau hanya sekadar rasa, ya itu bukan kenyataan. Tapi kita tuh bisa membuat rasa bukan sekadar menjadi rasa. Yaitu dengan mengubah rasa itu menjadi sebuah  karya. Apa yang dirasakan harus ada wujudnya. Kalau misal lagi skripsi, terus kita merasa sedang sedih, sedang males. Ya ngga papa. Kerjakanlah skripsi dengan kemalasan dan kesedihan itu. Yang penting kan nanti selesai skripsinya. Buat apa meributkan rasa-rasa yang kita cipta sendiri?
Terus satu lagi,
Ada yang nanya, gimana kalau merasa sedih tapi tidak tau sedih karena apa. Nah untuk pertanyaan ini jawabannya adalah: jujur sama diri sendiri. Karena kejujuran adalah dasar kemajuan.
Yang penting juga, mari definisikan realitas lalu kasih harapan agar kita bisa melewatinya. Kemudian perhatikan juga gerakan kita. Terlalu banyak gerak tanpa ambil hikmah juga bisa jadi stress. Hikmah itu hadir karena melibatkan Allah. Allah-lah pemilik hati, tempat pengolah rasa itu. Kalo ngga libatin Allah ya bisa jadi stress. Aktif tapi sampe mengalahkan kewajiban-kewajiban kita pada Allah itu juga akan jadi masalah.  

Terakhir, (kalo ini beneran terakhir hehe) standar utama menjadi manusia adalah sabar dan syukur. Kita berubah bukan karena ilmu yg kita punya, tapi karena ilmu dan action yg kita buat.
Sekian.
Ringkasan (yang tidak ringkas) dari kajian Rabu malam-nya Shift Media (di Youtube)
14 Agustus 2019


warnakata

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar