Ada bagus, ada jelek.
Ada hitam, ada putih.
Ada siang ada malam.
Ada panas, ada dingin.
Ada hidup, ada mati.
Ada tertawa, ada menangis.
Ada memberi, ada menerima.
Ada kamu, ada aku. ups, jadi baper :D
lanjut ya,
Ada air, ada api.
Ada halus, ada kasar.
Ada kaya, ada miskin.
Nah, cukup deh. Monggo dilanjutkan sendiri. Setuju kan dengan itu semua?
Namun yang ingin saya garis bawahi adalah yang terakhir itu. Apa benar pasangan kaya adalah miskin?
Hari ini saya baru sadar ternyata anggapan umum tentang hal itu salah.
Pasangan kaya bukanlah miskin. Karena Allah tak pernah menciptakan kemiskinan. Mari kita buktikan dalam surat An-Najm [53], ayat: 43-45, dan 48, sebagai berikut:
وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى
"dan Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis." (QS. an-Najm [53]: 43).
وَأَنَّهُ هُوَ أَمَاتَ وَأَحْيَا
"dan Dia-lah yang mematikan dan menghidupkan." (QS. an-Najm [53]: 44).
"dan Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan." (QS. an-Najm [53]: 45).
وَأَنَّهُ هُوَ أَغْنَى وَأَقْنَى
"dan Dia-lah yang memberikan kekayaan dan kecukupan." (QS. an-Najm [53]: 48).
Nah, ternyata pasangan kaya itu CUKUP, bukan miskin. Jadi kemiskinan adalah ciptaan kita sendiri to. Maka disini jelas jadinya. Miskin itu bukan takdir, tapi human error. Kita miskin bisa karena kemalasan, ketidakadilan manusia, atau malah pola pikir kita.
Inilah hakikatnya mengapa banyak orang secara materi pas-pasan bahkan kekurangan namun tetap bahagia.
Merasa cukup adalah manifestasi syukur. Sementara syukur sangat dekat dengan kebahagiaan. Maka merasa cukup adalah modal menuju kebahagiaan.
Jadi inget quotes ini: "Harta sesedikit apapun pasti cukup untuk hidup. Namun harta sebanyak apapun tak akan pernah cukup untuk mengikuti gaya hidup."
:)
si kaya untuk si cukup :D
BalasHapus