Judul Buku: Pulang
Penulis: Tere Liye
Cetakan: XXI Agustus 2016, Jakarta
Penerbit: Republika
“Semua pertanyaan, semua keraguan, semua kecemasan, semua
kenangan masa lalu, peluklah mereka erat-erat. Tidak perlu disesali, tidak
perlu membenci, buat apa? Bukankah kita selalu bisa melihat hari yang indah
meski di hari terburuk sekalipun?"
Bujang terdiam. Kalimat Tuanku Imam benar sekali. Ia selalu
menyalahkan masa lalu, membenci hari-hari yang telah lewat yang sebenarnya
tidak bisa diubah lagi, sekuat apa pun dia ingin mengubahnya.
Goodreads |
Bujang hidup dalam dunia yang tak banyak diketahui orang. Ia
menjadi bagian dari sebuah keluarga besar pelaku shadow economy. Rasa takut sudah tak dimilikinya lagi sejak usia
belasan. Darah perewa mengalir deras di dirinya.
Tumbuh sebagai anak yang cerdas, Bujang nyaris memiliki
semuanya. Gelar akademik dari universitas tersohor dunia, kekuatan fisik dan
jiwa yang membuatnya lihai menghabisi lawan dengan tangan kosong, menguasai
teknik-teknik ninja, sangat baik memainkan pistol, dan pintar mengayun pedang,
mejadi samurai sejati.
Berbagai peberontakan dihadapinya. Keteguhan prinsip yang
memanggil kesetiaannya pada keluarga yang membesarkannya itu. Termasuk prinsip
untuk tidak minum minuman keras dan memakan daging babi. Hal yang lumrah
dilingkungannya. Itu adalah pesan mamaknya, yang selalu khawatir ia terluka, yang
diam-diam mengajarinya mengaji dan adzan dan rela dimarahi bapak bila ketahuan,
yang tak henti berdoa untuknya setiap hari hingga akhir hidupnya. Mamak
meninggal disusul bapak beberapa tahun kemudian. Kabar duka itu entah kenapa
selalu sampai kepada Bujang saat adzan subuh. Itulah yang membuat Bujang
membenci adzan subuh. Baginya, panggilan sholat itu selalu menyayat hati dan
menambah perih luka yang belum sempurna kering.
Perlu waktu lama untuk Bujang bisa kembali menghidupkan
hari-harinya setelah mamak dan bapak pergi. Tak berapa lama setelah ia kembali
menjadi Bujang sediakala, sebuah penghianatan dari dalam dan serangan dari luar
keluarga datang bersamaan. Membentuk kekuatan besar yang membuat Bujang dan
Tauke Muda, pemimpin keluarga itu, susah payah. Apalagi kondisi Tauke yang
sedang sakit hingga akhirnya meninggal di akhir pertikaian.
Goncangan dahsyat itu memberikan pelajaran penting bagi
Bujang. Kesadaran untuk tak lagi membenci masa lalunya. Pilihan untuk memeluk
semua kebencian masa lalu. Semua kejadian ini menuntunnya untuk kembali. Pulang
kepada Tuhannya. Bujang tak pernah minum minuman keras, daging babi, dan semua
yang diharamkan agama. Perutnya bersih. Itulah cara mamak menjaganya agar tetap
dekat saat panggilan untuk pulang telah tiba.
Sebuah novel yang memadukan fenomena ekonomi, perasaan, dan
kesetiaan yang dalam. Tentang masa lalu, novel ini sangat menginspirasi bagaimana
mmperlakukannya.
0 komentar:
Posting Komentar