MOVE ON?

by 09.55 0 komentar

image source: 2012ilhammuzakki.blogspot.com

Baru-baru ini aku sedang berkutat pada masalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang coba kubahas dalam penyelesaian tugas akhirku. Kemudian, (karena gagal fokus) aku malah jadi teringat dengan sebuah legenda klasik tentang kepingan kisah cinta menyedihkan  milik Mak Lampir. Kau tahu kan? Iya, Mak Lampir legenda dari Sumatera yang diadaptasi di Pulau Jawa karena adanya Gunung Merapi itu.

Dalam film, sosok Mak Lampir digambarkan menyerupai nenek sihir yang menyeramkan. Namun tahukah kau, Mak Lampir dulunya merupakan seorang putri cantik jelita dari kerajaan kuno Champa.

Biarkan aku sedikit menceritakannya,
Alkisah, Mak Lampir jatuh cinta dengan seorang pimpinan pasukan harimau yang bernama Datuk Panglima Kumbang. Namun sayang, cinta Mak Lampir tak direstui oleh orang tuanya. Mak Lampir yang memilih mempertahankan cinta itu harus menerima kenyataan dibuang oleh orang tuanya. Sejak saat itulah, Mak Lampir memutuskan untuk bertapa di Gunung Merapi. Dalam pertapaannya, ia berguru dengan pertapa sakti, hingga akhirnya Mak Lampir mempunyai kekuatan tak tertandingi. Ia tak tahu jika sebenarnya sang Datuk juga mencintainya ketika akhirnya mereka dipertemukan dalam pertempuran yang menewaskan sang Datuk. Menjelang kematian sang Datuk, Mak Lampir baru tahu bahwa cintanya berbalas. Mak Lampir menyesal telah menghabisi sang Datuk. Ia lalu mengikat jiwa sang Datuk ke bumi dengan risiko tubuh dan wajahnya menjadi buruk rupa. Mak Lamipir mengorbankan dirinya. Namun sayang, gayuh tak bersambut. Ketika Datuk hidup kembali, dia tidak mengenali Mak Lampir yang dicintainya. Dia berbalik menganggap Mak Lampir adalah setan penebar teror.

Perasaan yang sama, dengan jalan cerita berbeda, dirasakan pula oleh berjuta makhluk di bumi ini hingga sekarang. Coba kau hitung, berapa kali harapanmu tak sesuai dengan kenyataan? Berapa kali kau merasa dikecewakan seseorang? Berapa kali cinta mu bertepuk sebelah tangan? Berapa kali kau patah hati?

Apa nasehat, saran yang kau dengar ketika perasaan itu kau rasakan? Sabar? Ikhlas? Move on? Membosankan bukan?

Tapi jika kau mau mencermatinya lagi, nasehat-nasehat itu benar juga. Memangnya apa yang akan kau lakukan selain menerima semua perasaan itu kemudian mendapati dirimu berada pada keadaan tanpa beban yang banyak orang bilang move on itu?

Susah? Memang. Tapi tenang saja, kau tak harus melenyapkan sama sekali semua perasaan itu. Terlampau sulit. Dengar, move on bukan berarti berhenti merasakan, melainkan berhenti memaksakan. ^^

[*sedikit tulisan yang tersusun ketika sudah mentok ngerjain revisian :D, maafkan jika membuat kalian mengernyitkan dahi -_- thanks to http://bali.tribunnews.com yang sudah mengingatkan lagi legenda yang dibahas di atas]


warnakata

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar