Alasan Penulis Muda Ini Nikah Muda

by 18.39 0 komentar
nikah mudaSEMARANG, muslimdaily.net – Menikah muda adalah keputusan yang terkadang masih dihindari sebagian orang. Namun tidak dengan Azhar Nurun Ala. Penulis novel Ja(t)uh ini punya pandangan lain tentang pernikahan. Jika banyak orang yang percaya bahwa menikah itu tak perlu buru-buru karena bukan perlombaan, tidak menurut laki-laki yang menikah di usia 20 tahun ini.
“Kita para muslim diperintahkan untuk ber-fastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan. Jika kita melihat menikah adalah sebuah perintah Allah yang merupakan kebaikan, maka sebenarnya itu adalah perlombaan. Masalahnya adalah kita ini manusia biasa yang banyak kekurangannya. Begitu banyak perlombaan di dunia ini dan setiap kita tidak harus menang dalam setiap perlombaan itu. Dengan beberapa faktor pertimbangan tentunya, alhamdulillah saya bisa memenangkan kebaikan ini,” ujar Azhar.
Tak jarang orang tidak berminat menikah muda dengan berbagai alasan seperti masalah kemapanan. Bagi Azhar, pandangan masyarakat akan tetap seperti itu selama tak ada seorang yang membuktikan bahwa menikah muda itu tidak masalah. Jika banyak orang yang membuktikan, maka lambat laun pandangan masyarakat juga akan berubah. Sama seperti menulis, dulu orang tak berminat menjadi penulis. Royalti yang kecil dan kurang dihargai. Namun kini banyak penulis yang justeru berlimpah materi dari menulis. Penghargaan dari masyarakat kepada penulis sekarang pun lebih tinggi. Maka orang mulai memandang berbeda bahkan melirik profesi ini.
Azhar yang memutuskan menikah di semester sembilan kuliahnya mengaku merasakan banyak manfaat setelah menikah.
“Saya merasa hidup lebih terencana, punya tanggung jawab lebih. Kalau dulu ngisi acara pulangnya santai, jalan-jalan dulu lah. Tapi sekarang tidak bisa karena ada tanggung jawab besar yang ditinggal di sana,” urainya.
Selain itu ia juga mengungkapkan bahwa ia menjadi lebih banyak memiliki sudut pandang dalam menilai sesuatu, langkah semakin mantap dan lebih percaya diri karena ada yang mendukung dan mendampingi. Support, penghargaan, dan rasa hormat dari isteri adalah hal yang penting bagi suami, begitu pula yang dirasakan oleh laki-laki yang pernah menjadi wakil BEM UI 2013 ini. Membuat ia terus bertahan menjalani kehidupan yang penuh onak duri.
Menurutnya, menikah tak hanya menyatukan dua hati dan dua kepala. Ia adalah sebuah awal untuk menyatukan dua keluarga. Oleh karena itu dukungan keluarga tentu sangat penting bagi setiap pasangan yang memutuskan menikah.
Niat Azhar untuk menikah di usia muda sempat menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi orang tuanya.  Terutama masalah ekonomi. Namun setelah pemuda asli Lampung ini berhasil membuktikan kesanggupannya, orang tua akhirnya mendukung penuh niatnya itu dan akhirnya tanggal 8 Maret 2014 ia mengucap ijab qabul.
“Alhamdulillah saya punya orang tua yang demokratis. Dalam milih jurusan, mau beraktivitas jadi apa, itu tidak pernah dipaksa tidak pernah diarahkan. Mungkin di nasehati iya, tapi diarahkan banget enggak. Termasuk ketika saya bilang ingin menikah. Orang tua pada awalnya khawatir. Pesan orang tua siapkan diri saja untuk menjadi imam yang baik,” ungkapnya ketika ditemui  muslimdaily.net selepas mengisi acara Forum Silaturahmi Mahasiswa Baru yang diselenggarakan di Fakultas Hukum UNNES Sabtu (12/9) lalu.
Banyak kejadian-kejadian romantis yang terjadi padanya selama 20 tahun hidupnya itu hingga ia menuliskannya dalam novel yang berjudul Tuhan Maha Romantis. Termasuk kisah cintanya dengan isteri yang terpatu 3 tahun lebih tua.
Menikah adalah sebuah fase pendewasaan mencintai bagi suami Vidia Nuarista ini.  Setelah menikah ia merasakan sebuah transformasi besar karena sekarang mulai bisa dewasa dalam mencintai dan tentunya lebih tulus. Seperti ide terkuat novel keempatnya, Cinta Dalam Perlawanan. Dalam novelnya itu ia ungkapkan, “Aku mencintaimu, karena aku memilih mencintaimu, karena cinta lebih membutuhkan pembuktian daripada alasan.”
“Mungkin saya pernah jatuh cinta pada isteri saya dulu sebelum menikah. Karena dia cantik misalnya, atau karena dia baik dan lemah lembut. Tapi setelah menikah mau tidak mau saya harus meluruhkan, menghancurkan semua alasan-alasan itu dan mengganti alasan itu dengan sebuah komitmen: aku mencintaimu karena aku memilih mencintaimu bukan karena dia bla bla bla bla… karena itu semua mungkin akan hilang,” jelasnya. [Titin Fitriyani]

warnakata

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar