essay Indonesiaku

by 00.38 0 komentar


OPTIMALISASI PENDIDIKAN DEMI TERCAPAINYA SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS UNTUK INDONESIA EMAS 2045

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Banyak yang telah menjadi bukti nyata akan hal ini. Sebut saja Jepang. Apa yang mereka miliki hingga mereka menjadi salah satu negara maju dewasa ini? Sumber daya alam yang melimpah? Kondisi geografis yang menguntungkan? Tidak, Jepang tak memiliki semua itu. Atau sebut saja Singapura. Negara yang wilayahnya tak lebih besar dari Danau Toba di Sumatera Utara ini pun berhasil menjadi salah satu negara maju di dunia ini.

Jika kita cermati, mereka sukses menjadi negara maju tak lain karena adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Mereka memang miskin sumber daya alam, tapi mereka berhasil membentuk sumber daya manusianya menjadi manusia yang unggul. Ini mencerminkan kesuksesan pemerintah dalam merancang dan mengelola sistem pendidikan di negaranya. Karena kita tahu, satu-satunya jalan untuk meraih sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Keberhasilan sistem pendidikan itulah yang seyogyanya bisa dijadikan pelajaran bagi bangsa kita.

Beberapa waktu lalu sejumlah ahli pendidikan berkumpul di Univeritas Paramadina. Dalam forum tersebut diungkapkan bahwa dunia pendidikan Indonesia masih mengidap banyak persoalan yang mendasar. Sebagai ilustrasi, dari segi pendidikan, bangsa Indonesia saat ini masih terbelakang dalam lingkup Asia, bahkan dalam lingkup yang lebih kecil lagi, Asia Tenggara. Padahal seperti yang kita ketahui, pada tahun 1970-an, Malaysia, misalnya, masih mengimpor banyak guru dari Indonesia. Namun mereka sekarang sudah berkembang begitu pesat hingga mereka menganggap pendidikan di Indonesia kini tidak memenuhi syarat (unqualified). Hal ini tentunya menambah kesadaran kita bahwa pendidikan di negara ini perlu dan harus diperbaiki.


Banyak Masalah
Menilik kabar pendidikan bangsa Indonesia  yang masih belum dikatakan berhasil ini menyisakan keprihatinan tersendiri bagi kita semua. Ketidaksukses-an pendidikan nasional hingga hari ini semestinya  bisa membuka mata kita semua bahwa ada yang salah dengan sistem ini. Banyak rapor merah dunia pendidikan yang tak kunjung membaik.
Dari sisi pendidikan di sekolah, yang memang tak semanis dan tak seindah konsep diatas kertas. Visi misi sekolah yang tentu saja terancang sedemikian ideal seringkali tak tercermin dalam perilaku sehari-hari para pelaku pendidikan di sekolah. Contoh kecil dari sisi peserta didik misalnya, anak sekolah sekarang, akan lebih tertarik untuk membicarakan fashion dan  artis dari pada mendiskusikan hal-hal bermanfaat. Lebih tertarik untuk hang out ke mall dari pada sibuk di perpustakaan. Lebih rajin mengurus gadget dari pada membaca buku. Dan sudah menjadi paradigma tersendiri bahwa belajar hanyalah dikelas, saat guru menerangkan, lalu ditambah mengerjakan tugas. Diluar hal itu tak nampak lagi aktivitas pendidikan.
Banyak generasi kita yang disadari atau tidak mengabaikan masa depannya sendiri. Tak peduli sudah berkembang atau belum pengetahuan yang dimiliki. Yang terpikirkan hanyalah menikmati masa muda dengan semenyenangkan dan senyaman mungkin. Pengaruh globalisasi berperan penting dalam mempengaruhi moral generasi muda di era ini.  Disamping itu, maraknya aksi tawuran para pelajar, narkoba, seks bebas menambah panjang daftar hitam dunia pendidikan kita saat ini.
Merosotnya moral dikalangan pemuda meyakinkan kita akan gaagalnya sistem pendidikan di negeri ini. Tak hanya dari sisi pelajar, bahkan pihak pelaksana pendidikan dalam hal ini adalah sekolah tak luput dari bagian  kegagalan sistem pedididkan kita. Tabiat para oknum pendidik yang tak bertanggungjawab semakin memperlebar lubang kain pendidikan yang telah terlanjur terkoyak. Harus kita akui bahwa sistem pendidikan di negara ini sangat jauh dari maksimal. Banyak diantara oknum pendidik yang datang sebatas menggugurkan kewajibannya lalu mengajar  sekadarnya. Dan anehnya hal yang sama dilakukan juga oleh para pelajar. Mereka datang untuk presensi, mendengarkan, dan mengikuti ujian untuk kemudian mendapat nilai dengan tanpa memperhatikan dari mana nilai tersebut berasal. Dari jalan yang baik atau dengan menghalalkan segala cara. Terlebih saat pendidik tidak datang ke kelas, betapa senangnya para peserta didik. Yang perlu dipertanyakan sekarang, jadi siapa yang butuh pendidikan? Saat pendidik dan peserta didik sama-sama tak bersemangat untuk membangun bangsa ini.
Keluarga dan masyarakat berperan pula dalam gagalnya pendidikan di negeri ini. Orang tua yang terlalu sibuk hingga tak sempat memperhatikan pendidikan anaknya. Mereka hanya sekedar membiayai dan memenuhi kebuthan materiil anaknya tanpa sadar bahwa anak tak hanya butuh materiil, tapi aspek non materiil juga sangat penting karena ini yang akan mempengaruhi sifat dan perilaku anak kedepannya.
Sering kita dengar bahwa jika kita ingin mengetahui bagaimana sifat seseorang cukup dengan melihat lingkungan sekitar dimana mereka sering berinteraksi. Lingkungan masyarakat yang cenderung negatif akan berdampak buruk bagi perkembangan seorang anak. Tak dapat dipungkiri mereka akan ikut terjerat oleh lingkungan yang negatif itu. Hal ini juga ikut andil sebagai penyebab masalah yang telah dipaparkan diatas.
Tapi kabar baiknya, tidak semuanya bertindak seperti yang telah  diurikan diatas. Tetap masih banyak pengajar-pengajar yang profesional, memahami dengan sepenuhnya mengenai hak dan kewajibannya. Masih banyak pula siswa-siswi, pemuda yang baik, peduli dengan bangsa ini dan terus berusaha berkontribusi positif bagi bangsa, masih banyak pula keluarga yang baik, harmonis, memperhatikan putra-putri mereka, juga akan tetap ada lingkungan masyarakat yang baik. Menjunjung tinggi kehormatan mereka dengan cara-cara yang baik. Meski tak bisa dipungkiri, ada lebih banyak lagi pengajar, siswa, keluarga, dan masyarakat yang bertindak sebaliknya.

Masih ada harapan
Dengan melihat fenomena tersebut, sudah saatnya pemerintah dan masyarakat bekerjasama  menciptakan pendididkan yang lebih baik. Kita masih mempunyai harapan. Kita masih punya generasi muda yang masih bisa dididik untuk menjadi genersi yang berarakter. Sebelum terlambat, masih ada 30 tahun untuk sampai pada 2045. 100 tahun kemerdekaan Indonesia yang menjadi target tercapainya visi Indonesia Emas. Indonesia Emas dimaknai dengan kondisi negara yang Maju, Makmur, Modern, Madani, dan dihuni oleh masyarakat yang berperadaban. Visi ini yang menjadi dasar pembentukan  kebijakan dan strategi pembangunan hingga tahun 2045 nanti.
Indonesia memiliki tantangan sekaligus peluang di tahun 2045 dimana saaat itu kondisi demografi diperkirakan akan  didominasi oeh kalangan usia produktif. Usia produktif disini adalah mereka yang berusia kerja, yakni 15-64 tahun. Tantangannya adalah bagaimana pemerintah mampu memanfaatkan kesempatan ini dengan baik maka visi Indonesia Emas 2045 diharapkan dapat tercapai. Apabila pembenahan sistem pendidikan dapat dimulai dan berhasil dapat dibayangkan saat tahun 2045 nanti, ketika kita memiliki banyak sumber daya manusia yang berkualitas, yang dapat membangun bangsa ini, penuh inovasi diiringi dengan kematangan mereka dalam menghasilkan kebijakan. Ketika negeri ini dipimpin oleh orang yang tepat.  Maka Indonesia Emas 2045 ta hanya sekadar mimpi.
Perlu strategi jitu
Pengembangan sumber daya manusia merupakan kunci untuk menjwab tantangan di masa mendatang. Kita butuh banyak ilmuwan dan para ahli terutama dalam bidang sains dan teknologi untuk mengerakkan strategi pembangunan yang cerdas dan berkesinambungan. Kita membutuhkan pemuda-pemuda yang berwawasan global, tidak tertutup pada perkembangan dunia, dan mampu bersaing dengan negara-negara lain di dunia.
Untuk mewujudkan semua itu perlu dilakukan pembenahan sistem pendidikan baik tingkat dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. Namun seperti yang kita ketahui bersama  bahwa setiap perubahan membutuhkan proses perencanaan, juga adaptasi yang matang. Perlu waktu yang cukup untuk menghasilkan sistem pendidikan yang optimal. Jangan pula karena tuntutan jaman yang kian memaksa untuk melakukan perubahan menjadikan kita terges-gesa dalam melakukan sesuatu. Seperti halnya Kurikulum 2013 yang notabene merupakan konsep yang ideal dan dapat dijadikan awal untuk membenahi sistem pendidikan kita. Namun pada pelaksanaannya baru-baru ini pemerintah terkesan terburu-buru dengan menerapkan kurikulum 2013 tanpa periapan yang matang. Terbukti dengan fakta di lapangan bahwa kurikulum ini belum bisa berjalan baik karena kurangnya persiapan, baik dari sisi  pemerintah sebagai fasilitator, maupun dari sisi kesiapan para pendidik sebagi pelaksana. Oleh karena itu alangkah baiknya apabila diadakan tinjauan ulang terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 ini.
Pendidikan harus berawal dari lingkungan dekat tempat anak hidup, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya, dan ligkungan masyarakat. Lalu dilanjutkan dengan perluasan wawasan, menjangkau lingkungan yang lebih jauh yakni pada tingkat sekolah dasar dan menengah. Dalam fase sekolah dasar dan menengah inilah peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan sangat menentukan.
Motivasi belajar bagi generasi muda perlu diupayakan semaksimal mungkin. Bagaimana pemerintah dan pelaku-pelaku pendidikan dalam hal ini adalah sekolah menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan membekas dikalangan peserta didik agar semangat untuk terus melanjutkan pendidikan yang dimulai dari sekolah dasar diteruskan ke sekolah menengah tetap tinggi. Kebijaksanaan-kebijaksanaan pendidikan yang tepat menjadi alat untuk membangitkan dunia Pendidikan negeri ini dari keterpurukan. Pemerataan  pendidikan di seluruh daerah juga harus diperhatikan dengan seksama. Agar kesenjangan pendidikan di negeri ini dapat diminimalisir.

Pendidikan adalah kunci
Sudah terlalu kritisnya sistem pendidikan nasional dewasa ini, memaksa kita harus bertindak cepat dan tepat untuk memperbaikinya. Pendidikan merupakan kunci dari pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan adanya sistem pendidikan yang tepat dan berkualitas akan dilahirkan sosok-sosok luar biasa yang akan memimpin bangsa ini dikemudian hari. Untuk menjawab tantangan yang akan datang dan mencapai Visi Indonesia Emas 2045.
Jadi tak ada lagi alasan untuk menunda-nunda perbaikan  kualitas pendidikan di negeri ini. Optimalisasi pendidikan merupakan jalan untuk mencapai Indonesia yang lebih makmur, sejahtera, dan bermartabat sesuai dengan apa yang telah dimanatkan oleh konstitusi.
 

warnakata

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar