OPTIMALISASI PENDIDIKAN DEMI
TERCAPAINYA SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS UNTUK INDONESIA EMAS 2045
Keberhasilan
pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas.
Banyak yang telah menjadi bukti nyata akan hal ini. Sebut saja Jepang. Apa yang
mereka miliki hingga mereka menjadi salah satu negara maju dewasa ini? Sumber
daya alam yang melimpah? Kondisi geografis yang menguntungkan? Tidak, Jepang
tak memiliki semua itu. Atau sebut saja Singapura. Negara yang wilayahnya tak
lebih besar dari Danau Toba di Sumatera Utara ini pun berhasil menjadi salah
satu negara maju di dunia ini.
Jika
kita cermati, mereka sukses menjadi negara maju tak lain karena adanya sumber
daya manusia yang berkualitas. Mereka memang miskin sumber daya alam, tapi
mereka berhasil membentuk sumber daya manusianya menjadi manusia yang unggul.
Ini mencerminkan kesuksesan pemerintah dalam merancang dan mengelola sistem
pendidikan di negaranya. Karena kita tahu, satu-satunya jalan untuk meraih sumber
daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Keberhasilan sistem
pendidikan itulah yang seyogyanya bisa dijadikan pelajaran bagi bangsa kita.
Beberapa
waktu lalu sejumlah ahli pendidikan berkumpul di Univeritas Paramadina. Dalam
forum tersebut diungkapkan bahwa dunia pendidikan Indonesia masih mengidap
banyak persoalan yang mendasar. Sebagai ilustrasi, dari segi pendidikan, bangsa
Indonesia saat ini masih terbelakang dalam lingkup Asia, bahkan dalam lingkup
yang lebih kecil lagi, Asia Tenggara. Padahal seperti yang kita ketahui, pada
tahun 1970-an, Malaysia, misalnya, masih mengimpor banyak guru dari Indonesia.
Namun mereka sekarang sudah berkembang begitu pesat hingga mereka menganggap
pendidikan di Indonesia kini tidak memenuhi syarat (unqualified). Hal ini
tentunya menambah kesadaran kita bahwa pendidikan di negara ini perlu dan harus
diperbaiki.
Banyak Masalah
Menilik
kabar pendidikan bangsa Indonesia yang
masih belum dikatakan berhasil ini menyisakan keprihatinan tersendiri bagi kita
semua. Ketidaksukses-an pendidikan nasional hingga hari ini semestinya bisa membuka mata kita semua bahwa ada yang
salah dengan sistem ini. Banyak rapor merah dunia pendidikan yang tak kunjung
membaik.
Dari
sisi pendidikan di sekolah, yang memang tak semanis dan tak seindah konsep
diatas kertas. Visi misi sekolah yang tentu saja terancang sedemikian ideal
seringkali tak tercermin dalam perilaku sehari-hari para pelaku pendidikan di
sekolah. Contoh kecil dari sisi peserta didik misalnya, anak sekolah sekarang, akan
lebih tertarik untuk membicarakan fashion dan
artis dari pada mendiskusikan hal-hal bermanfaat. Lebih tertarik untuk hang out ke mall dari pada sibuk di perpustakaan.
Lebih rajin mengurus gadget dari pada membaca buku. Dan sudah menjadi paradigma
tersendiri bahwa belajar hanyalah dikelas, saat guru menerangkan, lalu ditambah
mengerjakan tugas. Diluar hal itu tak nampak lagi aktivitas pendidikan.
Banyak
generasi kita yang disadari atau tidak mengabaikan masa depannya sendiri. Tak
peduli sudah berkembang atau belum pengetahuan yang dimiliki. Yang terpikirkan
hanyalah menikmati masa muda dengan semenyenangkan dan senyaman mungkin.
Pengaruh globalisasi berperan penting dalam mempengaruhi moral generasi muda di
era ini. Disamping itu, maraknya aksi
tawuran para pelajar, narkoba, seks bebas menambah panjang daftar hitam dunia
pendidikan kita saat ini.
Merosotnya
moral dikalangan pemuda meyakinkan kita akan gaagalnya sistem pendidikan di
negeri ini. Tak hanya dari sisi pelajar, bahkan pihak pelaksana pendidikan
dalam hal ini adalah sekolah tak luput dari bagian kegagalan sistem pedididkan kita. Tabiat para
oknum pendidik yang tak bertanggungjawab semakin memperlebar lubang kain
pendidikan yang telah terlanjur terkoyak. Harus kita akui bahwa sistem pendidikan
di negara ini sangat jauh dari maksimal. Banyak diantara oknum pendidik yang datang
sebatas menggugurkan kewajibannya lalu mengajar sekadarnya. Dan anehnya hal yang sama dilakukan
juga oleh para pelajar. Mereka datang untuk presensi, mendengarkan, dan
mengikuti ujian untuk kemudian mendapat nilai dengan tanpa memperhatikan dari
mana nilai tersebut berasal. Dari jalan yang baik atau dengan menghalalkan
segala cara. Terlebih saat pendidik tidak datang ke kelas, betapa senangnya
para peserta didik. Yang perlu dipertanyakan sekarang, jadi siapa yang butuh
pendidikan? Saat pendidik dan peserta didik sama-sama tak bersemangat untuk
membangun bangsa ini.
Keluarga
dan masyarakat berperan pula dalam gagalnya pendidikan di negeri ini. Orang tua
yang terlalu sibuk hingga tak sempat memperhatikan pendidikan anaknya. Mereka
hanya sekedar membiayai dan memenuhi kebuthan materiil anaknya tanpa sadar
bahwa anak tak hanya butuh materiil, tapi aspek non materiil juga sangat
penting karena ini yang akan mempengaruhi sifat dan perilaku anak kedepannya.
Sering
kita dengar bahwa jika kita ingin mengetahui bagaimana sifat seseorang cukup
dengan melihat lingkungan sekitar dimana mereka sering berinteraksi. Lingkungan
masyarakat yang cenderung negatif akan berdampak buruk bagi perkembangan
seorang anak. Tak dapat dipungkiri mereka akan ikut terjerat oleh lingkungan
yang negatif itu. Hal ini juga ikut andil sebagai penyebab masalah yang telah
dipaparkan diatas.
Tapi
kabar baiknya, tidak semuanya bertindak seperti yang telah diurikan diatas. Tetap masih banyak
pengajar-pengajar yang profesional, memahami dengan sepenuhnya mengenai hak dan
kewajibannya. Masih banyak pula siswa-siswi, pemuda yang baik, peduli dengan
bangsa ini dan terus berusaha berkontribusi positif bagi bangsa, masih banyak
pula keluarga yang baik, harmonis, memperhatikan putra-putri mereka, juga akan
tetap ada lingkungan masyarakat yang baik. Menjunjung tinggi kehormatan mereka
dengan cara-cara yang baik. Meski tak bisa dipungkiri, ada lebih banyak lagi
pengajar, siswa, keluarga, dan masyarakat yang bertindak sebaliknya.
Masih ada harapan
Dengan
melihat fenomena tersebut, sudah saatnya pemerintah dan masyarakat
bekerjasama menciptakan pendididkan yang
lebih baik. Kita masih mempunyai harapan. Kita masih punya generasi muda yang
masih bisa dididik untuk menjadi genersi yang berarakter. Sebelum terlambat,
masih ada 30 tahun untuk sampai pada 2045. 100 tahun kemerdekaan Indonesia yang
menjadi target tercapainya visi Indonesia Emas. Indonesia Emas dimaknai dengan
kondisi negara yang Maju, Makmur, Modern, Madani, dan dihuni oleh masyarakat
yang berperadaban. Visi ini yang menjadi dasar pembentukan kebijakan dan strategi pembangunan hingga
tahun 2045 nanti.
Indonesia
memiliki tantangan sekaligus peluang di tahun 2045 dimana saaat itu kondisi
demografi diperkirakan akan didominasi
oeh kalangan usia produktif. Usia produktif disini adalah mereka yang berusia kerja,
yakni 15-64 tahun. Tantangannya adalah bagaimana pemerintah mampu memanfaatkan
kesempatan ini dengan baik maka visi Indonesia Emas 2045 diharapkan dapat
tercapai. Apabila pembenahan sistem pendidikan dapat dimulai dan berhasil dapat
dibayangkan saat tahun 2045 nanti, ketika kita memiliki banyak sumber daya
manusia yang berkualitas, yang dapat membangun bangsa ini, penuh inovasi
diiringi dengan kematangan mereka dalam menghasilkan kebijakan. Ketika negeri
ini dipimpin oleh orang yang tepat. Maka
Indonesia Emas 2045 ta hanya sekadar mimpi.
Perlu strategi jitu
Pengembangan
sumber daya manusia merupakan kunci untuk menjwab tantangan di masa mendatang. Kita
butuh banyak ilmuwan dan para ahli terutama dalam bidang sains dan teknologi untuk
mengerakkan strategi pembangunan yang cerdas dan berkesinambungan. Kita
membutuhkan pemuda-pemuda yang berwawasan global, tidak tertutup pada
perkembangan dunia, dan mampu bersaing dengan negara-negara lain di dunia.
Untuk
mewujudkan semua itu perlu dilakukan pembenahan sistem pendidikan baik tingkat
dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. Namun seperti yang kita ketahui bersama bahwa setiap perubahan membutuhkan proses
perencanaan, juga adaptasi yang matang. Perlu waktu yang cukup untuk menghasilkan
sistem pendidikan yang optimal. Jangan pula karena tuntutan jaman yang kian
memaksa untuk melakukan perubahan menjadikan kita terges-gesa dalam melakukan
sesuatu. Seperti halnya Kurikulum 2013 yang notabene merupakan konsep yang
ideal dan dapat dijadikan awal untuk membenahi sistem pendidikan kita. Namun
pada pelaksanaannya baru-baru ini pemerintah terkesan terburu-buru dengan
menerapkan kurikulum 2013 tanpa periapan yang matang. Terbukti dengan fakta di
lapangan bahwa kurikulum ini belum bisa berjalan baik karena kurangnya
persiapan, baik dari sisi pemerintah
sebagai fasilitator, maupun dari sisi kesiapan para pendidik sebagi pelaksana. Oleh
karena itu alangkah baiknya apabila diadakan tinjauan ulang terhadap
pelaksanaan kurikulum 2013 ini.
Pendidikan
harus berawal dari lingkungan dekat tempat anak hidup, yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan teman sebaya, dan ligkungan masyarakat. Lalu dilanjutkan
dengan perluasan wawasan, menjangkau lingkungan yang lebih jauh yakni pada
tingkat sekolah dasar dan menengah. Dalam fase sekolah dasar dan menengah
inilah peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan sangat menentukan.
Motivasi
belajar bagi generasi muda perlu diupayakan semaksimal mungkin. Bagaimana
pemerintah dan pelaku-pelaku pendidikan dalam hal ini adalah sekolah
menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan membekas dikalangan peserta
didik agar semangat untuk terus melanjutkan pendidikan yang dimulai dari
sekolah dasar diteruskan ke sekolah menengah tetap tinggi. Kebijaksanaan-kebijaksanaan
pendidikan yang tepat menjadi alat untuk membangitkan dunia Pendidikan negeri
ini dari keterpurukan. Pemerataan pendidikan
di seluruh daerah juga harus diperhatikan dengan seksama. Agar kesenjangan
pendidikan di negeri ini dapat diminimalisir.
Pendidikan adalah kunci
Sudah
terlalu kritisnya sistem pendidikan nasional dewasa ini, memaksa kita harus
bertindak cepat dan tepat untuk memperbaikinya. Pendidikan merupakan kunci dari
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan adanya sistem
pendidikan yang tepat dan berkualitas akan dilahirkan sosok-sosok luar biasa
yang akan memimpin bangsa ini dikemudian hari. Untuk menjawab tantangan yang
akan datang dan mencapai Visi Indonesia Emas 2045.
Jadi
tak ada lagi alasan untuk menunda-nunda perbaikan kualitas pendidikan di negeri ini. Optimalisasi
pendidikan merupakan jalan untuk mencapai Indonesia yang lebih makmur,
sejahtera, dan bermartabat sesuai dengan apa yang telah dimanatkan oleh
konstitusi.
0 komentar:
Posting Komentar