Dalam Dekapan Ukhwah

by 22.56 0 komentar



Judul buku : Dalam Dekapan Ukhwah
Penulis        : Salim Al Fillah
Penerbit      : Pro-U Media

Setiap kita memiliki kecenderungan untuk menjadi Narcissus atau telaganya. Kita mencintai diri ini, menjadikannya pusat bagi segala yang kita perbuat dan semua yang ingin kita dapat. Kita berpayah-payah agar ketika manusia menyebut-nyebut nama kita yang mereka rasakan adalah ketakjuban pada manusia paling mempesona. Kita mengarahkan segala daya upaya agar tiap orang yang bertemu kita merasa telah berjumpa dengan manusia sempurna. Kisah Narcissus menginsyafkan kita bahwa setinggi-tingginya nilai yang kita peroleh dari sikap itu adalah ketidakmengertian dari yang jauh dan abainya orang dekat. Kita menuai sikap yang sama dari sesama seperti apa yang kita tabur pada mereka.
Ukhwah tak perlu dirisaukan, karena ia hanyalah akibat dari iman.
“Sungguh, setiap muslim bersaudara.”
Aku makin tahu, persaudaraan tak perlu dirisaukan.
Karena saat ikatan melemah, saat keakraban merapuh, saat salam terasa menyakitkan, saat kebersamaan serasa siksaan, saat pemberian bagai bara api, saat kebaikan justru melukai, aku tahu, yang rombeng bukan ukhwah kita, hanya iman-iman kita yang sedang sakit atau mengerdil, mungkin dua-duanya. Mungkin kau saja, tentu lebih seringimankulah yang compang-camping.
Maka keajaiban itu memancar. Zam-zam!. Bukan dari yang Hajar susuri atau jejak-jejak yang ia torehkan diantara Shafa dan Marwa. Air itu justru muncul dari kaki Isma’il yang menjejak-jejak. Begitulah keajaiban datang. Terkadang tak terletak dalam ikhtiar-ikhtiar kita. dan biarkan keajaiban itu menenangkan hati ini dari arah manapun Dia kehendaki. Bekerja saja. Maka keajaiban akan menyapa dari arah yang tak terduga.
Dalam dekapan ukhwah, bekerjalah, beramallah. Maka keajaiban akan menyapa dari arah yang tak terduga. Mulailah. Karena dalam keberanian memulai itulah terletak kemudahannya. Bukan soal punya dan tak punya, mampu tak mampu, iskin atau kaya. Kita bekerja, kita beramal karena bekerja dan beramal adalah bentuk kesyukuran yang terindah.
Jika Anda membenci seseorang, Anda sebenarnya membenci sesuatu dalam dirinya yang merupakan bagian dari diri Anda. Apa yang bukan merupakan bagian adri diri anda sendiri sama sekali tak aan mengganggu Anda.
Jika kau merasa benar, periksa hatimu
Mungkin ia sedang bengkak
Jika kau merasa suci, perriksa jiwamu
Mungkin itu putihya nanah dari luka nurani
Jika kau merasa tinggi, periksa batinmu
Mungkin ia sedang melayang kehilangan pijakan
Jika kau merasa wangi, periksa ikhlasmu
Mungkin itu asap dari amal salehmu yang hangus dibakar riya
Pada umumnya, jika reaksi lebih buruk dari suatu tindakan, maka masalahya akan membesar. Dan jika reaksinya tidak seburuk tindakannya, persoalan akan mengecil.
Hidup tidak dihitung dari jumlah nafas yang kita hirup. Hidup ternilai dari berrapa kali nafas terhenti karena takjub dan anehya, keajaiban justru hanya memberi kejutan pada mereka yang percaya.
Dalam tiap benturan antara kita dan sesama selalu ada pilihan; untuk memenangkan kebenaran atau memenangkan hati lawan bicara kita. jiwa tak bisa takluk oleh Hujjah. Hawa nafsu sulit tunduk pada argumentasi. Tapi begitu hati tersentuh oleh pesona akhlak, tanpa ditunjukkipun, dia akan mencari hujjahnya sendiri untuk menginsyafi kebenaran.

warnakata

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar