Judul
buku : Dalam Dekapan Ukhwah
Penulis : Salim Al Fillah
Penerbit : Pro-U Media
Setiap
kita memiliki kecenderungan untuk menjadi Narcissus atau telaganya. Kita
mencintai diri ini, menjadikannya pusat bagi segala yang kita perbuat dan semua
yang ingin kita dapat. Kita berpayah-payah agar ketika manusia menyebut-nyebut
nama kita yang mereka rasakan adalah ketakjuban pada manusia paling mempesona.
Kita mengarahkan segala daya upaya agar tiap orang yang bertemu kita merasa
telah berjumpa dengan manusia sempurna. Kisah Narcissus menginsyafkan kita
bahwa setinggi-tingginya nilai yang kita peroleh dari sikap itu adalah
ketidakmengertian dari yang jauh dan abainya orang dekat. Kita menuai sikap
yang sama dari sesama seperti apa yang kita tabur pada mereka.
Ukhwah
tak perlu dirisaukan, karena ia hanyalah akibat dari iman.
“Sungguh,
setiap muslim bersaudara.”
Aku
makin tahu, persaudaraan tak perlu dirisaukan.
Karena
saat ikatan melemah, saat keakraban merapuh, saat salam terasa menyakitkan, saat
kebersamaan serasa siksaan, saat pemberian bagai bara api, saat kebaikan justru
melukai, aku tahu, yang rombeng bukan ukhwah kita, hanya iman-iman kita yang
sedang sakit atau mengerdil, mungkin dua-duanya. Mungkin kau saja, tentu lebih
seringimankulah yang compang-camping.
Maka
keajaiban itu memancar. Zam-zam!. Bukan dari yang Hajar susuri atau jejak-jejak
yang ia torehkan diantara Shafa dan Marwa. Air itu justru muncul dari kaki
Isma’il yang menjejak-jejak. Begitulah keajaiban datang. Terkadang tak terletak
dalam ikhtiar-ikhtiar kita. dan biarkan keajaiban itu menenangkan hati ini dari
arah manapun Dia kehendaki. Bekerja saja. Maka keajaiban akan menyapa dari arah
yang tak terduga.
Dalam
dekapan ukhwah, bekerjalah, beramallah. Maka keajaiban akan menyapa dari arah
yang tak terduga. Mulailah. Karena dalam keberanian memulai itulah terletak
kemudahannya. Bukan soal punya dan tak punya, mampu tak mampu, iskin atau kaya.
Kita bekerja, kita beramal karena bekerja dan beramal adalah bentuk kesyukuran
yang terindah.
Jika
Anda membenci seseorang, Anda sebenarnya membenci sesuatu dalam dirinya yang
merupakan bagian dari diri Anda. Apa yang bukan merupakan bagian adri diri anda
sendiri sama sekali tak aan mengganggu Anda.
Jika
kau merasa benar, periksa hatimu
Mungkin
ia sedang bengkak
Jika
kau merasa suci, perriksa jiwamu
Mungkin
itu putihya nanah dari luka nurani
Jika
kau merasa tinggi, periksa batinmu
Mungkin
ia sedang melayang kehilangan pijakan
Jika
kau merasa wangi, periksa ikhlasmu
Mungkin
itu asap dari amal salehmu yang hangus dibakar riya
Pada
umumnya, jika reaksi lebih buruk dari suatu tindakan, maka masalahya akan
membesar. Dan jika reaksinya tidak seburuk tindakannya, persoalan akan
mengecil.
Hidup
tidak dihitung dari jumlah nafas yang kita hirup. Hidup ternilai dari berrapa
kali nafas terhenti karena takjub dan anehya, keajaiban justru hanya memberi
kejutan pada mereka yang percaya.
Dalam
tiap benturan antara kita dan sesama selalu ada pilihan; untuk memenangkan
kebenaran atau memenangkan hati lawan bicara kita. jiwa tak bisa takluk oleh
Hujjah. Hawa nafsu sulit tunduk pada argumentasi. Tapi begitu hati tersentuh
oleh pesona akhlak, tanpa ditunjukkipun, dia akan mencari hujjahnya sendiri
untuk menginsyafi kebenaran.

0 komentar:
Posting Komentar